Inner Child vs Dokter Gigi : Pertarungan Abadi di Kursi Periksa Gigi

Sobat gigi sehat, pernahkah merasakan kecemasan luar biasa ketika nama kita dipanggil admin klinik gigi? Terlebih dipersilakan duduk di kursi periksa dokter gigi. Baru melihatnya saja jantung berdebar kencang dan telapak tangan tiba-tiba basah. Aroma obat gigi di ruang periksa bercampur dengan pengharum ruangan, membuat jidat makin berkeringat. Sapa ramah dokter gigi dan asistennya dari balik kostum tertutup rapat, tak mampu lagi meredakan debar di dada. Yang terjadi malah rasa ingin kabur sekuat tenaga?

Tenang, kamu tidak sendirian. Banyak orang dewasa yang masih dibayangi trauma masa kecil ketika harus berurusan dengan bor dan jarum suntik di klinik gigi.

Para psikolog menyebut fenomena ini sebagai “inner child“, bagian dari diri kita yang masih terjebak di masa kecil dan membawa trauma masa lalu. Bagi beberapa orang, pengalaman traumatis di dokter gigi saat kecil, seperti rasa sakit, proses pencabutan yang terkendala, suara bor yang menakutkan,  dapat meninggalkan bekas luka yang mendalam.

Inner child yang terluka ini kemudian muncul sebagai rasa takut dan kecemasan saat harus kunjungan kembali ke dokter gigi. Alhasil, banyak orang dewasa yang menunda atau bahkan menghindari pemeriksaan gigi karena dihantui rasa takut yang tidak rasional.

Efek Domino Menunda Periksa Gigi

Menunda atau menghindari pemeriksaan gigi hanya memperparah kondisi. Kontrol ke dokter gigi bukan hanya masalah gigi yang berlubang dan bau mulut. Kita tidak pernah tahu ada masalah di rongga mulut tanpa periksa ke dokter gigi. Tidak merasa sakit bukanlah acuan bahwa gigi kita sehat.

Kebiasaan menunda ini dapat membawa dampak yang lebih serius, antara lain:

  • Gigi berlubang sudah terlalu luas. Kondisi ini seringkali terjadi di sisi gigi yang tersembunyi. Tiba-tiba saja kita merasa ada gigi yang pecah. Seolah-olah lubang itu baru saja terjadi. Sejatinya proses ini sudah terjadi bertahun- tahun, hanya tidak terdeteksi.
  • Penyakit gusi: Infeksi gusi yang tidak diobati dapat berkembang menjadi penyakit yang serius dan bahkan menyebabkan kehilangan gigi. Permukaan gusi yang turun dan berwarna kemerahan dapat mengganggu estetika gigi. Terlebih bau mulut yang sangat mengganggu pergaulan.
  • Penyakit Jantung: Penyebaran kuman lewat aliran darah yang berawal dari gigi busuk dapat menyebabkan sakit jantung yang disebut Sub Bacterial Endocarditis
  • Masalah pencernaan: Gigi yang berlubang dan sakit dapat membuat kamu kesulitan mengunyah makanan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sakit perut dan asam lambung.
  • Penurunan rasa percaya diri: Gigi dan gusi yang tidak sehat dapat mengganggu senyuman. Tampilan senyum yang tidak menarik dapat menurunkan rasa percaya diri dan memengaruhi kehidupan sosial kita.

Masih banyak lagi masalah serius yang mungkin terjadi selain tersebut di atas.

Menjinakkan Inner Child dan Mengatasi Rasa Takut ke Dokter Gigi

Sobat gigi sehat, hanya kita sendiri yang dapat terbebas dari cengkeraman inner child selamanya. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk menjinakkan rasa takut dan mengatasi kecemasan saat ke dokter gigi:

  1. Berkomunikasi dengan Dokter Gigi. Sebelum memulai pemeriksaan, jelaskan kepada dokter gigi tentang rasa takut dan kecemasan ini. Cerita rinci tentang pengalaman-pengalaman traumatis masa lalu, sangat membantu Dokter Gigi untuk memahami kondisi kita. Dokter gigi akan berusaha membantu meredakan kecemasan. Mengurangi rasa takut dengan menciptakan rasa nyaman selama proses pemeriksaan.
  1. Teknik Relaksasi. Lakukan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi sebelum dan selama pemeriksaan gigi. Pernapasan dalam dilakukan dengan cara menghirup udara lewat  dengan menggembungkan perut, semaksimal mungkin. Tahan sebentar. Lalu dihembuskan lewat mulut. Memberi jeda sesaat sebelum mengambil napas lagi. Teknik ini dapat membantu menenangkan dan mengendalikan rasa cemas.

Memutar musik favorit saat duduk di kursi periksa, membantu mengalihkan kecemasan dan membuat lebih tenang. Tidak lagi overthingking pada Tindakan yang dilakukan Dokter Gigi. Tidak juga terganggu dengan bising suara alat-alat dokter gigi,

  1. Terapi Paparan Bertahap. Jika rasa takut kamu sangat parah, pertimbangkan untuk melakukan terapi paparan bertahap. Mengawali langkah dengan mencari informasi seputar tindakan dan peralatan pemeriksaan gigi. Mengunjungi klinik gigi hanya untuk konsultasi, kemudian lanjut dengan pemeriksaan ringan, dan seterusnya.

Mengenal dan beradaptasi dengan suasana dalam ruang praktek Dokter Gigi dapat menurunkan rasa takut.

  1. Hipnosis. Hipnosis dapat membantu untuk mengakses dan mengubah memori traumatis di masa kecil yang menjadi penyebab rasa takut ke dokter gigi. Bila belum terlatih melakukan self hypnosis, dapat meminta bantuan ahli untuk hipnoterapi.
  1. Motivasi Diri. Ingatlah bahwa kesehatan gigi dan mulut sangat penting untuk kualitas hidup. Memotivasi diri dengan memikirkan manfaat positif dari pemeriksaan gigi, seperti gigi selalu sehat dan senyum yang menarik, dapat meningkatkan rasa percaya diri. Sampai lanjut usia masih dapat menikmati ragam menu makanan tanpa gangguan pengunyahan, bukan anugerah semata, juga membutuhkan kebiasaan baik kita.

Mulai kapan?

Mulai sekarang dan seterusnya, hingga menjadi kebiasaan baik yang tak nyaman bila terlewatkan

Yuk, Berani ke Dokter Gigi!

Menaklukkan rasa takut ke dokter gigi memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Dengan berbagai cara yang telah disebutkan di atas, kita dapat menjinakkan inner child dan mulai membangun kebiasaan baik periksa kesehatan gigi.

Ingat selalu, kesehatan gigi dan mulut adalah investasi untuk masa depan. Jadi, tunggu apa lagi? Ayo, berani ke dokter gigi!

Dan jangan lupa ya… memberikan reward pada diri sendiri setelah pemeriksaan gigi.

Mudah-mudahan tips-tips ini membantu Sobat Gigi Sehat untuk mengatasi rasa takut ke dokter gigi. Remember, you are not alone!

oleh drg. Kun Kamariah

wa.me 6282233183336

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *