info.speaksacademy.com

Uji Terbang Perpanjangan Runway Bandara

Test Flight Perpanjangan Runway Bandar Udara Hasanuddin Ujungpandang (Makassar) Tahun 1980 Menggunakan Pesawat GA DC-10-30, Dapat Dicontoh untuk Test Flight Runway Bandara VVIP IKN Tahun 2024 Menggunakan Pesawat Boeing B 737-800NG

1). Pada tahun 1980, movement area pelabuhan udara (bandar udara) Hasanuddin, Makassar, ditingkatkan kapasitas dan daya dukungnya dari pesawat DC-9-32, MTOW 49,4 Ton menjadi DC-10-30, MTOW 269 Ton, karena akan digunakan sebagai bandara embarkasi JCH (Jemaah Calon Haji).

2). Pada saat itu saya diberi amanah sebagai Kasie Landasan Kanwil IV Ditjen Hubud di Ujungpandang (Makassar), 1977 – 1981. Runway 13-31 diperpanjang dari 2.200 × 45 m² menjadi 2.500 × 45 m² kearah Selatan (Runway 13) dan dioverlay tebal : 2 × 6 cm + 5 cm = 17 cm.

3). Setelah Direktorat Pelabuhan Udara menetapkan daya dukung runway dan Direktorat Keselamatan Penerbangan menetapkan Navigational Aids keduanya sudah memenuhi syarat, kemudian runway dilakukan test flight menggunakan pesawat Garuda tipe DC-10-30, dengan melakukan takeoff dan landing sebanyak 2 kali.

4). Pilot GA DC-10-30 menyatakan bahwa runway bandara Hasanuddin memenuhi syarat takeoff dan landing. Berdasarkan masukan dari Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Keselamatan Penerbangan, maka Dit Jen Perhubungan Udara menetapkan bahwa Bandara Hasanuddin Makassar dapat digunakan sebagai Bandara Embarkasi JCH dengan pesawat DC-10-30. Bandara Hasanuddin sebagai bandara embarkasi JCH dengan pesawat DC-10-30 diresmikan oleh Menteri Perhubungan Bapak Roesmin Noerjadin sekitar Agustus 1980.

5). Melaksanakan test flight menggunakan pesawat yang tipenya sama dengan design aircraft sudah dilaksanakan th 1980 (44 tahun yang lalu) di runway bandara Hasanuddin, Makassar. Test Flight Runway Bandara VVIP IKN sebenarnya tinggal mencontoh.

6). Apabila runway bandara VVIP IKN tahap I, 2.200 × 45 m² sudah selesai 100%, termasuk hotmix asphalt tebal = 2 × 8 + 2 × 6 + 5 = 33 cm, sudah dilakukan verifikasi, lighting system dan Navigational Aids sudah dikalibrasi dengan pesawat kalibrasi Beechcraft Super King B 200, maka test flight harus dilakukan dengan pesawat B 737-800NG yang tipenya sama dengan B 737 BBJ-2.

7). Penggunaan pesawat B 737-800NG, B 737 BBJ-2 dan Beechcraft Super King B 200 di Indonesia.
a. Pesawat Boeing B 737 -800NG, digunakan untuk pesawat komersial.
b. Pesawat Boeing B 737 BBJ-2, digunakan untuk pesawat VVIP Presiden RI.
c. Pesawat Beechcraft Super King B 200 milik Kemenhub, digunakan untuk mengkalibrasi lighting system dan navigational aids runway.

8). Aircraft characteristics antara pesawat B 737 -800NG atau B 737 BBJ-2 dan Beechcraft Super King B 200.

A. B 737-800NG or BBJ-2.
a. Code 4C, Panjang Runway : 2.200 × 45 m².
b. Two jet engine.
c. MTOW : 79,245 Ton.
d. Wing Span : 35,79 m.
e. Length : 38,02 m.
f. Height : 12,55 m.
g. Seat capacity : 160 seats.

B. Beechcraft Super King B 200.
a. Code 2B, Panjang Runway : 1.000 × 23 m².
b. Two propeller engine.
c. MTOW : 5,670 Ton.
d. Wing Span : 16,61 m.
e. Length : 13,34 m.
f. Height : 4,57 m.
g. Seat capacity : 13 seats.

9). Berdasarkan pengalaman kerja di Bandara Hasanuddin, Makassar th 1980 dan belajar kepada para senior Direktorat Pelabuhan Udara dan Direktorat Keselamatan Penerbangan saat itu. Setelah memperhatikan perbedaan aircraft characteristics yang besar antara pesawat B 737 BBJ-2 dengan Beechcraft Super King B 200, maka : Test flight yang terkait dengan structural and functional performance runway bandara yang melayani pesawat B 737 BBJ-2 Code 4C, tidak dapat diwakili dengan test flight pesawat Beechcraft Super King B 200 Code 2B.

Nasehat :

a. Test flight Runway Bandara VVIP IKN, tgl 25 Agustus 2024, menggunakan pesawat Beechcraft Super King B 200, dilaksanakan di atas AC Base lapis 2, luas : 1.025 × 30 m² karenanya bobotnya < 4 Ton.

b. Test flight dengan pesawat B 737- 800NG dapat dilaksanakan apabila AC-WC tebal 5 cm sudah selesai dihamparkan, luas 2.200 × 45 m² dan sudah diverifikasi bersama oleh para engineer yang pengalaman dari Dit Bandara DGCA dan Dit Bintek Ditjen Bina Marga.

c. Sebaiknya tidak melaksanakan test flight dengan pesawat B 737 -800NG di atas AC Base, karena dapat mengelupaskan AC Base yang merupakan FOD (Foreign Object Damage/Debris) akibat lintasan roda pesawat, sehingga dapat membahayakan pesawat pada saat landing dan take-off.

d. AC Base merupakan lapis fondasi atas dan tidak dirancang mempunyai interlayer/interface shear strength yang kuat akibat braking action pesawat saat landing dan saat touchdown.

e. Pada saat test flight dengan pesawat B 737- 800NG, paved shoulder 2 × 7,5 m dan Runway Strip/Runway Surface Area, lebar minimum 70 m sebelah kiri dan kanan runway centerline sudah memenuhi syarat density dan transverse slope 2,5%, guna mengantisipasi apabila pesawat mengalami Runway Excursion.

Kesimpulan

Test flight runway bandara termasuk di Bandara VVIP IKN harus memperhatikan masukan dari para ahli dibidang Keselamatan dan Operasi Penerbangan serta ahli Perkerasan Runway Bandara yang sudah mempunyai banyak pengalaman, karena terkait dengan keselamatan pesawat beserta Crew dan Penumpangnya. Hal ini juga pernah dilaksanakan di runway bandara Hasanuddin Makassar th 1980. Saksi yang masih hidup mungkin tinggal 2 orang, yaitu Bpk M. Iksan Tatang dan saya sendiri.

Semoga bermanfaat.
JOG 03 September 2024.
Wardhani Sartono.
Pensiunan guru bandara.