Masa remaja adalah periode transisi penting dalam kehidupan seseorang, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan emosional. Pada fase ini, banyak remaja terdorong untuk mencoba hal-hal baru, termasuk yang berkaitan dengan rangsangan seksual. Memahami perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja sangat penting agar mereka tidak terjerumus dalam hubungan seks pranikah yang dapat membawa dampak negatif bagi masa depan mereka.
Perubahan fisik pada remaja meliputi perkembangan organ-organ reproduksi menuju kematangan. Tanda-tanda perubahan ini dibagi menjadi dua kategori: tanda seks primer dan tanda seks sekunder. Tanda seks primer berkaitan langsung dengan organ seks, seperti menstruasi pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Sementara tanda seks sekunder melibatkan perubahan lain seperti pertumbuhan suara, jakun, dan rambut di area tertentu pada remaja laki-laki, serta pembesaran payudara dan pinggul pada remaja putri.
Perubahan fisik ini tidak hanya berdampak pada aspek tubuh, tetapi juga mempengaruhi aspek kejiwaan dan emosional remaja. Selama masa peralihan ini, remaja sering mengalami peningkatan rasa ingin tahu dan imajinasi abstrak. Jika tidak diarahkan dengan baik, rasa ingin tahu ini bisa menyebabkan eksplorasi yang tidak sehat terkait dengan seksualitas. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan berbagai pihak dalam memberikan informasi yang akurat dan dukungan emosional kepada remaja, serta menghindari sikap tabu dalam membahas kesehatan reproduksi.
Salah satu masalah utama yang dihadapi remaja adalah kurangnya pemahaman tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi. Hal ini sering disebabkan oleh minim akses informasi dari oarng dewasa disekitarnya dan kurangnya kurikulum yang mengintegrasikan materi kesehatan reproduksi di sekolah. Survey awal yang dilakukan di menunjukkan bahwa sekitar 40% peserta didik masih kurang pengetahuan tentang perubahan sistem reproduksi primer dan sekunder kususnya terkait dengan organ reproduksi interna dan eksterna baik laki-laki maupun peempuan .
Pendidikan kesehatan reproduksi kepada remaja muda (younger adolescents), yaitu kelompok usia 10 hingga 14 tahun sangat penting diberikan. Usia ini merupakan masa emas untuk terbentuknya landasan yang kuat tentang kesehatan reproduksi, sehingga dapat mempersiapkan mereka untuk mengambil keputusan seksual yang lebih aman dan bijaksana dalam hidupnya.. Remaja yang berada di tingkat awal sekolah menengah mempunyai risiko melakukan hubungan seksual di luar nikah baik disengaja maupun tidak.
Pendidikan kesehatan yang diberikan akan peningkatan pemahaman / pengetahuan remaja sebagai bekal untuk mendapatkan hak reproduksi sehat sangat memiliki nilai positif dalam peningkatan pengetahuan remaja dalam hal ini siswa SMP Muhammadiyah Cilegon , hal tersebut di buktikan dengan adanya kenaikan rata – rata secara keseluruhan pengetahuan dari 62 menjadi 73. , sehingga dengan adanya peningkatan pemahaman ini diharapkan akan berdampak positif terhadap peningkatan pengetahuan sehingga tercapainya generasi yang sehat. Pengetahuan tentang perubahan sistem reproduksi primer dan sekunder sangat penting untuk diberikan kepada remaja melalui pendidikan kesehatan. Dengan informasi yang memadai, remaja dapat memahami dan menghadapi perubahan yang mereka alami dengan lebih baik, sehingga dapat menghindari risiko yang mungkin timbul dari ketidaktahuan. Pendidikan kesehatan yang fektif tidak hanya memberikan pengetahuan
tetapi juga membekali remaja dengan keterampilan untuk menjaga kesehatan reproduksi mereka. Hal ini tentunya menjadi tangung jawab semua fihak , baik disekolah maupun lingkungan eksternal yang mendukung termasuk , juga tanggung jawab kita sebagai orang dewasa untuk memastikan bahwa generasi muda mendapat bimbingan yang tepat dan dukungan dalam menghadapi masa peralihan ini. Dengan bersama-sama berkomitmen untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih sehat dan lebih baik bagi mereka. (1)Upaya yang didapat dilakukan antara lain Sekolah Perlu menjalin Kerjasama dengan mitra untuk kegiatan pengabdian lanjutan mengingat masih di temukan beberapa butir soal yang belum di fahami degan maksimal oleh peserta (2) Sekolah perlu menyusun kebijakan tentang upaya pengenalan kesehatan reproduksi kepada siswa secara dini melalui media afirmasi seperti poster, cerita bergambar dll yang memuat tentang kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah (3) Sekolah perlu mengupayakan pembentukan kader kesehatan reproduksi remaja yang dapat di jadikan wadah konseling sebaya