Foto pribadi secara permanen merekam momen-momen penting sehari-hari (dan emosi terkait yang secara tidak sadar tertanam di dalamnya). Foto-foto tersebut dapat berfungsi sebagai jembatan untuk mengakses,mengeksplorasi, dan berkomunikasi tentang perasaan dan kenangan (termasuk terkubur dalam-dalam atau yang sudah lama terlupakan). bersama dengan masalah yang dialami. Foto-foto yang dimiliki klien merupakan konstruksi diri simbolis yang nyata dan objek transisi metaforis, secara diam-diam menawarkan kepada mereka pandangan batin tentang hal-hal yang kurang jelas secara sadar atau secara verbal dapat diakses.
Di bawah bimbingan seorang terapis yang terlatih dalam teknik fototerapi, klien mengeksplorasi apa yang dimaksud dengan foto atau album keluarga mereka yang bermakna secara pribadi, secara emosional, selain apa yang mereka lihat secara visual. Bisa juga klien mengambil foto diri mereka sendiri atau lingkungan mereka secara teratur, dan kemudian menggunakan foto-foto tersebut untuk mengeksplorasi pikiran dan perasaan mereka.
Dalam hal ini, foto pribadi dapat menyimpan informasi penting tentang diri seseorang, termasuk pikiran, perasaan, dan pengalaman klien, yang mungkin juga emosi yang tertekan. Informasi ini dapat digali melalui dialog terapeutik. Dialog terapeutik dapat membantu klien untuk mengeksplorasi informasi ini dan terhubung dengan alam bawah sadarnya. Dialog terapeutik secara langsung dan tidak langsung dapat membantu klien untuk lebih terbuka dan jujur tentang diri mereka sendiri. Hal ini dapat membuat klien lebih mudah untuk terhubung dengan alam bawah sadar mereka.
Contoh, seorang klien yang mengalami trauma mungkin memiliki foto yang menunjukkan mereka sedang tersenyum. Namun, ketika mereka berbicara tentang foto tersebut, mereka mengungkapkan bahwa mereka sebenarnya merasa cemas dan tertekan. Dialog terapeutik yang lebih langsung dapat membantu klien untuk menyadari dan memunculkan perasaan mereka yang sebenarnya, yang selama ini ditahan atau disembunyikan.
Pelaksanaan Terapi Foto Pada Kasus Trauma
Klien menggunakan foto untuk menceritakan kisah atau mengekspresikan emosi. Seorang klien yang mengalami trauma mungkin membuat kolase foto untuk mewakili pengalaman mereka. Klien kemudian dapat menggunakan foto ini untuk berbicara tentang pengalaman traumatis mereka yang ingin disembuhkan atau dilenyapkan. Foto tersebut dapat membantu klien untuk melihat pengalaman mereka dari perspektif yang berbeda, dan untuk mulai memproses emosi mereka.
Seorang klien yang mengalami trauma diminta mengambil foto dirinya di tempat yang aman dan nyaman, seperti rumah atau pantai. Foto ini dapat membantu klien untuk mengingat atau membayangkan tempat tersebut, dan untuk merasakan perasaan aman dan nyaman yang mereka rasakan di tempat tersebut.
Pelaksanaan Terapi Foto Pada Masalah Emosi
Seorang terapis meminta klien untuk mengambil foto yang mewakili emosi tertentu, seperti kebahagiaan, kesedihan, atau kemarahan. Klien kemudian dapat menggunakan foto-foto ini untuk berbicara tentang bagaimana mereka mengalami emosi tersebut. Selanjutnya terapis meminta klien untuk membuat kolase foto yang menceritakan kisah terkait pengalaman yang menjadi sebab masalah emosi. Klien kemudian dapat menggunakan kolase ini untuk berbicara tentang makna kisah tersebut.
Seorang klien yang mengalami depresi mungkin mengambil foto diri mereka sendiri di cermin setiap hari untuk melihat bagaimana penampilan mereka berubah seiring berjalannya waktu.
Pelaksanaan Terapi Foto untuk Kelompok Terapi
Foto digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi komunikasi dan berbagi pengalaman antara anggota kelompok. Foto dapat membantu anggota kelompok untuk terhubung satu sama lain, untuk memahami perspektif orang lain, dan untuk mengembangkan keterampilan koping yang lebih efektif. Klien menggunakan foto untuk berinteraksi dengan orang lain dan berbagi pengalaman mereka.
Sebuah kelompok terapi untuk orang dengan gangguan makan dapat bertukar foto makanan untuk membahas hubungan mereka dengan makanan.
Kelompok terapi untuk orang dengan depresi dengan diajak untuk mengambil foto-foto yang mewakili hal-hal yang membuat mereka bahagia. Mereka kemudian dapat menggunakan foto-foto ini untuk berbicara tentang bagaimana mereka meningkatkan suasana hati mereka.
Kelompok dapat diminta untuk mengambil foto-foto dari kehidupan sehari-hari mereka. Foto-foto ini dapat digunakan untuk membantu kelompok untuk melacak kemajuan mereka dan untuk melihat bagaimana mereka berubah seiring berjalannya waktu.
Kelompok juga dapat diminta untuk mengambil foto-foto yang menggambarkan situasi tertentu, seperti menghadapi ketakutan atau mengatasi tantangan. Foto-foto ini dapat digunakan untuk membantu kelompok untuk mengeksplorasi berbagai cara untuk menghadapi situasi tersebut.
Fototerapi adalah alat yang ampuh yang dapat membantu orang untuk mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan pengalaman mereka. Dengan berbagai teknik yang tersedia, fototerapi dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu.
Penulis : Soffy Balgies, Psikolog
Penulis Buku Desain Intervensi Psikologi, Psikologi Konseling dan Psikologi Umum
Pelatih : Terapi CTC, SEFT for Total Healing, Emotional Intelligence & Fototerapi
Praktisi POY (Point of You) Level 1, International Trainer Certified BSN KAN
Alhamdulillah, Teknik yg bermanfaat